Berita Industri

Rumah / Berita / Berita Industri / Apakah ada zat kimia tertentu yang sebaiknya dihindari pada botol berbentuk HDPE?

Apakah ada zat kimia tertentu yang sebaiknya dihindari pada botol berbentuk HDPE?

Oleh admin / Tanggal Aug 22,2024

ketika Botol berbentuk HDPE umumnya tahan terhadap banyak bahan kimia, ada zat tertentu yang harus dihindari kontaknya, karena dapat menurunkan kualitas bahan atau melemahkannya.

HDPE adalah polimer semi-kristal, yang memberikan ketahanan yang sangat baik terhadap berbagai bahan kimia, namun asam pengoksidasi kuat merupakan pengecualian. Asam sulfat pekat (H₂SO₄) dan asam nitrat (HNO₃) sangat reaktif dan dapat menyerang rantai polimer dengan memulai degradasi oksidatif. Proses ini melibatkan pemutusan ikatan C-H pada tulang punggung polietilen, yang mengarah pada pembentukan gugus karbonil. Pengenalan kelompok polar ini mengganggu struktur kristal material, menyebabkan penggetasan dan hilangnya sifat mekanik secara signifikan, seperti kekuatan tarik dan ketahanan benturan. Degradasi ini bersifat eksotermik, artinya dapat menghasilkan panas, yang berpotensi mempercepat penguraian polimer jika tidak dikelola dengan baik. Seiring waktu, material menjadi rentan terhadap retak tegangan, terutama jika material tersebut terkena beban mekanis.

Hidrokarbon aromatik, seperti benzena, toluena, dan xilena, dikenal karena sifat pelarutnya, yang dapat menimbulkan masalah pada HDPE. Senyawa ini bersifat non-polar dan dapat berinteraksi dengan rantai HDPE non-polar melalui gaya van der Waals, menyebabkan polimer membengkak. Pembengkakan ini mengganggu susunan daerah kristalin polimer, menyebabkan penurunan kepadatan dan penurunan sifat mekanik seperti kekakuan dan kekuatan. Pembengkakan juga dapat menyebabkan ketidakstabilan dimensi, sehingga botol tidak lagi dapat mempertahankan bentuknya, terutama jika pembengkakan tidak merata. Dalam kasus ekstrim, pemaparan dalam waktu lama dapat mengakibatkan larutnya sebagian polimer, sehingga botol tidak dapat digunakan. Dampak hidrokarbon aromatik bergantung pada suhu, dengan suhu yang lebih tinggi memperburuk efek pembengkakan dan pelarutan.

Hidrokarbon terhalogenasi, seperti kloroform, karbon tetraklorida, dan diklorometana, merupakan pelarut yang sangat agresif untuk HDPE. Pelarut ini dicirikan oleh kemampuannya untuk berinteraksi dengan polimer pada tingkat molekuler, yang menyebabkan penurunan kristalinitas material. Atom halogen dalam senyawa ini dapat menciptakan interaksi dipol yang diinduksi dipol dengan rantai polimer, sehingga secara efektif mengganggu susunan molekul di daerah kristal. Gangguan ini menyebabkan pelunakan material, mengurangi kapasitas menahan beban dan membuatnya lebih rentan terhadap deformasi akibat tekanan. Paparan yang terlalu lama dapat menyebabkan polimer menyerap pelarut, menyebabkan pembengkakan dan penurunan sifat mekanik lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, polimer bahkan dapat menjadi lengket atau lengket, terutama di lingkungan dengan kelembapan tinggi, yang selanjutnya mengurangi kegunaannya.

HDPE umumnya tahan terhadap berbagai macam pelarut organik, namun pelarut spesifik seperti aseton, eter, dan keton dapat menimbulkan tantangan. Pelarut ini mampu menembus daerah amorf polimer, dimana rantai polimer kurang rapat. Interaksi antara pelarut dan polimer dapat menyebabkan fenomena yang disebut plastisisasi, dimana bahan menjadi lebih lembut dan fleksibel. Efek ini dapat bermanfaat dalam beberapa aplikasi, namun dalam kasus botol HDPE, hal ini menyebabkan hilangnya kekakuan, yang sangat penting untuk menjaga bentuk dan integritas wadah. Paparan yang terlalu lama dapat menyebabkan keretakan tegangan akibat pelarut, yaitu retakan kecil yang terbentuk pada permukaan botol akibat kombinasi tekanan mekanis dan serangan pelarut. Retakan ini dapat meluas seiring berjalannya waktu, menyebabkan kebocoran atau kegagalan besar pada wadah.